Depan area parkir |
Sebatu
merupakan sebuah Desa yang memiliki banyak tempat spiritual yang besejarah, PANUGRAN DEWI UMA PANGLEBUR MALA
Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti salah satu tempat yang diyakini mempunyai kesucian. Karena lokasi ini menjadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Lokasi ini terdapat di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Menemukan tempat pasiraman ini tidak begitu mudah, Karena lokasinya agak tersembunyi dari jalan utama.
Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti salah satu tempat yang diyakini mempunyai kesucian. Karena lokasi ini menjadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Lokasi ini terdapat di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Menemukan tempat pasiraman ini tidak begitu mudah, Karena lokasinya agak tersembunyi dari jalan utama.
Untuk
mencapai tujuan genah/tempat malukat, bisa dengan segala jenis kendaraan. Lokasinya yg terletak di banjar
sebatu,desa sebatu, kecamatan tegallalang , kabupaten gianyar. kira-kira
40 Km dari Kota Denpasar atau 21 Km dari Kota Gianyar. Tempat ini dapat
dikunjungi dengan mudah melalui desa Peliatan atau melalui Tampaksiring,
melalui hamparan sawah yang indah, diantara desa-desa yang mempunyai seni
kerajinan yang baik, terutama karya seni pahat
ketika menapak desa ini kita sudah merasaka aura
keheningan, mulai melewati Pura Gunung Kawi dan jika diteruskan perjalan
sekitar lagi 500 meter kita akan menemukan tempat parkir yang luas, dimana
tempat ini merupakan parkir para pengunjung tempat suci Tirta penglukatan Dalem
Pingit, dari areal parkir kita akan berjalan menelusuri ratusan anak tangga
menuruni sungai tempat air suci berada, saat itu juga mata kita dimanjakan oleh
pemandangan dan suasana alam yang masih asri, Heningnya suasana di tempat
itu membuat setiap orang yang berkunjung merasakan suasana alami pedesaan yang
alami,
Untuk mencari tempat pengelukatannya,bertemu 2
buah patung yang ngengapit jalan masuk pertama,menghaturkan canang sari +
rarapan yang sudah disiapkan dari rumah disana juga tersedia perlengkapan
persembahyangan seandainya lupa atau perlengkapannya ketinggalan di rumah.
Selanjutnya menyusuri jalanan menurun dengan beberapa anak tangga.bagi pemula
memang dirasakan sangan jauh dan melelahkan tetapi kalau disekitar anak tangga
ditemani dengan udara yang sejuk dan suara gemercik air dari selah-selah
bebatuan,kadang kala kicauan burung yang seakan memberikan semangat untuk
melewati tangga-tangga itu.
Sarana-Sarana untuk penangkilan / melukat disini
yaitu:
1.
daksina pejati,terutama bagi mereka yang pertama kali
melukat.
2.
.pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi
bunga tunjung warna bebas
3.
sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan
bunga jempiring,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.
4.
Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali,
pakaiannya langsung di pakai melukat atau boleh hanya memakai kain kamen dan
disarankan untuk tidak memakai perhiasan.
Tempat pengelukatan |
Tata cara melukat adalah sebagai berikut :
1.
melakukan
persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang letaknya
agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan sarana kewangen. biasanya
dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan seperti purnama, kajeng kliwon.
2.
usai sembahyang,kewangen yang ada uang kepengnya
dibawa kelokasi melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun
ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun,
setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
3.
setelah selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi
di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija.
Air terjun yang terdapat di Pasiraman
Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti, menurut Jro Mangku Made Tantra yang tinggal
di Banjar Sebatu, Tegallalang, Gianyar, sudah ada sejak dulu. Memang awalnya
sudah napet, air terjun yang tidak begitu tinggi adalah kehendak alam yang
mengucur sepanjang zaman. Hanya saja, belum dikenal sebagai genah (tempat)
malukat.
Dikatakan Made
Mantra bersama rekannya Jro Mangku Adi Armika yang ngayah di Pura Dalem Pingit,
awalnya ada pemandu wisata (guide) dari Sebatu juga. Namanya Wayan Yudhi,
mengantar tamu mandi. Kejadian tersebut tanggal 19 Nopember 2007, bertepatan
rarahinan Kajeng Kliwon di mana bagi umat Hindu di Bali, Soma (Senin) Kajeng
Kliwon dipandang sebagai hari keramat. Tamu yang diajak oleh Wayan Yudhi adalah
tamu asing. Anehnya, tamu asing merasakan ketakutan dan lari. Tamu itu
bercerita dan merasa kaget dan terkejut.
Pasalnya, tamu itu
merasakan atau menemukan airnya berwarna. Berdasarkan cerita yang mengagetkan
itu, masyarakat pun tidak menyia-nyiakan waktu dan ingin mengetahui apa yang
terjadi di pasiraman tersebut. Warga setempat, kata Jro Mangku Made Mantra,
beramai-ramai mendatangi lokasi, ingin melihat secara langsung. Tamu pun
menceritakan dari mulut ke mulut bagaikan promosi. Pemandu wisata juga
bercerita tentang terjadinya keunikan di lokasi air terjun yang kini disebut
pasiraman Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti.
Setelah heboh dan
disaksikan oleh warga Sebatu, ternyata benar ada keunikan, di mana airnya
berwarna yaitu warna Warna putih keruh, seperti air beras, warna seperti air
teh atau warna merah, warna kekuning-kuningan tampak keruh (puek), tapi ada
juga tidak berwarna sama sekali (murni) .
Setelah malukat, air
yang ada di bawah kembali normal, artinya tidak berwarna lagi. Jro Mangku tidak
berani spekulasi, apakah warna tersebut penyakit yang keluar dari mereka yang
malukat, Jro Mangku enggan memberikan komentar, nanti takut salah.
“Yang jelas, kalau
ada orang malukat, airnya menjadi keruh dan berwarna, tergantung orang yang
malukat. Hanya saja, tidak semua mampu melihatnya. Terkadang bisa dilihat oleh
orang banyak,”ujar I Made Mantra dengan heran.
Cerita demi cerita,
di mana kebenaran air ada keunikannya dengan adanya tiga warna, prajuru Desa
Sebatu mengadakan paruman atau Jro Mangku bilang mengadakan pararem. Dalam
pararem diputuskan pada tanggal 24 Nopember 2007 bertepatan rarahinan Tumpek
Landep (Sabtu, Kliwon, Landep). Dilakukan pamendakan tirta yang keluar di
tempat. Setelah dipendak, urai Jro Mangku Made Mantra, digelar pararem kembali
mohon secara niskala kepada Ida Ratu Sanghyang Pujung Kaja, Sebatu,
Tegallalang.
Dengan adanya
berbagai keunikan, berdasarkan bawos niskala juga, tidaklah salah air atau
tirta yang menjadi pasiraman Ida Bhatara yang malingga di Pura Dalem Pingit dan
Pura Kusti banyak menyimpan rahasia. Seperti dikatakan Jro Mangku Made Mantra
yang sudah menjadi pamangku sejak kelas 2 SD, terdapat berbagai fungsi dari
tirta yang ada dipasiraman. Dari kegunaan yang telah menjadi paican Ida Bhatara
adalah: Kageringan, kageringan Pegawian Teluh Desti Teranjana, yang belum punya
keturunan, juga sudah terbukti.
Tidak hanya sampai
di sana, sekali lagi, prajuru kembali menggelar paruman (pararem) mohon
petunjuk di mana dapat keputusan akan menghaturkan sane Jro Makalihan
dipersilakan (kahaturan) melihat tempat malukat tersebut. Atas petunjuk yang
ada, selanjutnya dibuatkan palinggih.
Setelah datang Jro
Makalihan dan melakukan sembahyang, lagi karauhan (dites) dengan api. Ternyata
yang karauhan tidak panas dengan api dan tidak basah dengan air. Dengan dilakukan
acara tersebut, ternyata Ida Bhatara lagi mapaica secara niskala, dikatakan
tirta yang keluar dari goa, adalah panugran Ida Dewi Uma.
Khusus bagi yang
belum punya keturunan atau momongan, terutama pasangan suami istri, agar
melakukan panglukatan sesering mungkin. Dianjurkan pasangan suami istri
melakukan malukat bersama. Paica yang satu ini sudah dibuktikan dengan adanya
umat atau penangkilan yang manghaturkan sasangi. Ada yang datang dari
Petang, Badung, dari Lodtunduh, Gianyar dan banyak lagi yang datang naur
sasangi (membayar kaul yang dimohonkan ketika malukat). Sekali lagi, harap Jro
Mangku, bagi yang belum punya keturunan agar malukat bersama lanang-istri.
Berbagai keunikan
sering terjadi. Jro Mangku bukan menakut-nakuti, asal tahu saja kejadian-kejadian
yang sering terjadi di lokasi malukat. Sementara pantangan secara khusus tidak
ada. Hanya saja, bagi yang kotor kain usahakan jangan berani melakukan
panglukatan di sana. Karena sudah sering terjadi dampak bagi yang sakit
maupun yang ingin mendapatkan paican Ida Bhatara.
Pantang Ajak Rare
Belum Ketus Gigi
Diterangkan Jro
Mangku Made Tantra yang ngayah di Pura Kusti dan Pura Melanting, Atas bawos
niskala ini, Ida malinggih ring Sanghyang Klakah. Di mana tirta yang medal atau
muncul dari goa tersebut merupakan pasiraman di Pura Dalem Pingit dan Pura
Kusti. Bawos niskala mengatakan “Anak alit (anak kecil) belum ketus gigi
(tangal) tidak boleh malukat di tempat tersebut. Ini bawos niskala, bukan
mengada-ada dari prajuru,” tegas Jro Mangku Mantra apa adanya.
Tangga menuju Tempat pengelukatan |
Berapa
kali pun kesana tak pernah bosan dan menyerah karena begitu banyak hal positif
yang di dapat disana,yang merasa belum pernah kesana coba saja.